LEMBATA – Polemik terkait enam pemain Muhammadiyah FC Kota Kupang yang merupakan putra asli Lembata hingga kini belum menemui titik terang. Informasi ini terungkap dalam obrolan via grup wahtsapp bersama Ketua Asosiasi Sepakbola Kabupaten (Askab) Lembata, Agustinus D. Making, Pada Kamis (18/09/2025).
Enam pemain tersebut adalah Pican Wuwur, Adepa Sulaona, Asten Wetu, Rino Namang, Putra Bone, dan Cesar Making. Mereka merupakan sosok sentral di balik sukses Persebata tampil impresif pada El-Tari Memorial Cup (ETMC) ke-34 di Kota Kupang. Tak hanya membawa Persebata menjadi runner-up, mereka juga turut mengantarkan tim kebanggaan masyarakat Lembata promosi ke Liga 3 Nasional tanpa menelan kekalahan—sebuah prestasi membanggakan.
Usai tampil di Liga 4 Seri Nasional, para pemain ini kembali ke kampung halaman dan disambut hangat masyarakat Lembata. Mereka sempat aktif mengikuti sejumlah kompetisi tarkam di wilayah NTT. Namun, ketika Persebata dijadwalkan menjalani Training Center (TC) jelang musim kompetisi, mereka tidak mendapat restu dari Rektor Universitas Muhammadiyah. Setelah adanya komunikasi dari Linus Lusi bersama jajaran, akhirnya kampus memberi lampu hijau.
BACA JUGA: Mutasi Eselon III dan IV, Ketua Fraksi Gabungan DPRD Lembata Kritik Bupati
Meski begitu, keenam pemain ini justru memilih pasif dan jarang berkomunikasi dengan manajemen Persebata, sehingga menimbulkan tanda tanya mengenai sikap mereka.
Ketua Askab PSSI Lembata, Agustinus D. Making atau akrab disapa Gucek Making, menegaskan beberapa hal terkait situasi ini:
Pertama: Nilai kontrak: Pemain sudah dewasa dan mahasiswa. Jika dipanggil, seharusnya datang untuk berdiskusi, membalas WA, maupun menjawab telepon agar persoalan jelas.
Kedua: Bonus dari provinsi: Hingga kini memang belum ditransfer. Tidak mungkin memaksa Gubernur mengirim uang tanpa mekanisme.
Ketiga: Jaminan pekerjaan: Ada tuntutan dari dosen sekaligus pelatih agar setelah Liga 3, pemerintah daerah memberi jaminan pekerjaan bagi mereka.
Keempat: Izin kampus: Hal ini menjadi urusan manajemen dengan pihak kampus, bukan pemain. Yang terpenting adalah niat dari para pemain untuk tetap membela Persebata.
“Kita semua tentu berharap pemain-pemain Lembata kemarin tetap bersama kita. Tapi itulah kondisinya,” ujar Gucek.
Lebih jauh ia menjelaskan, seleksi pemain tambahan sudah digelar selama dua hari namun minim peminat. Karena pelatih dikejar waktu, target, dan reputasi, akhirnya dipanggil juga pemain dari luar daerah.
“Kalau mau membatasi karena efisiensi biaya, silakan pihak Dinasporabud yang sampaikan. Tapi kalau dinas juga oke, maka pelatih juga jalan terus,” tambahnya.
Gucek menekankan, jika hasil Persebata nanti tidak sesuai harapan, maka kritik wajar dilontarkan kepada pelatih, manajemen, maupun pemerintah.
“Tugas saya sebagai Askab sudah selesai. Selanjutnya pemerintah bersama manajemen yang mengatur tim ini. Saya sebagai rakyat akan mengkritik bila hasilnya mengecewakan,” pungkasnya.
Di sisi lain dua sodara kandung yang merupakan pilar penting Persebata Lembata, Rusli Duli Making bersama Ari tidak ikut memperkuat Persebata Lembata. Ari sudah diikat Kontrak Oleh Persija Jakarta sedangkan Rusli dengan alasan ingin fokus menatap masa depannya di bangku perkuliahan. Posisi Rusly masih menjadi tanda tanya?, apakah ia ingin bergabung atau tidak.
BACA JUGA: Terbongkar, Ternyata Sumur Bor di Solor Instruksi Bupati, Komisi II DPRD Flotim: Stop Pekerjaan
Persebata juga kehilangan sosok sentral pelatih Kepala Adhan Mahing yang juga memilih tidak lagi melatih Denis DKK. Persebata kembali dihantam beberapa pilar yang memutuskan untuk lebih memilih masa depan mereka, mereka adalah, Denny Ismau, Rentus Tokan dan Diego. Tak tingal diam, Gucek Making membuat gebrakan dengan mendatangkan Pelatih Kepala Edward Y. Togo, head coach yang berlisensi A ini akan menahkodai Persebata Lembata di Liga 3 Nasional, Publik Lembata menaruh harapan besar kepadanya. Persebata sudah 2 kali Menganti Pelatih, akankah Persebata diselimuti keberuntungan.
Persebata Lembata Gerak Cepat di Bursa Transfer, Head Coach Edward Bidik Banyak Bintang
Head Coach Edward bergerak cepat membaca peluang di bursa transfer. Dari turnamen Ape Buan Cup, ia langsung mengamankan talenta lokal yang bersinar, yakni Yohanes Toi dari PSN Ngada. Tak berhenti di situ, dua pemain bintang Bintang Timur Atambua, yakni Alberto Zoaers dan Crespo Hale, resmi digaet untuk memperkuat lini serang.
Persebata ternyata masih belum puas. Klub berjuluk ” Paus Biru ” itu kembali memanggil beberapa nama penting. Wanto, winger cepat milik Wanted FC, dipanggil untuk menambah kecepatan serangan dari sayap. Lalu ada “anak hilang” Sole Ihing yang dipulangkan, serta gelandang Sahran Kia Sabon dari Perseftim Flores Timur.
Untuk memperkuat lini belakang, Kamaludin Dasi dari Perseftim Flores Timur masuk radar sebagai bek sayap. Tidak hanya itu, sederet nama dengan pengalaman di kancah nasional juga diburu, di antaranya:
Zidane Wahyu Zulkarnaen
Jeka Monteiro
Ahmad Arya
Christo Nembafu
Ilham Bimantara (didatangkan langsung dari Persema Malang)
Haidar Abdal Al Rahman, talenta muda potensial.***
Mantap harian warga