BeritaDaerahEkonomiPerempuan & AnakSeni BudayaTeknologi

Perempuan, Batu, dan Jagung Pulut: Cerita Hangat dari HUT Otonomi Lembata

21
×

Perempuan, Batu, dan Jagung Pulut: Cerita Hangat dari HUT Otonomi Lembata

Sebarkan artikel ini

Lomba titi jagung ini menjadi bukti nyata bahwa pangan lokal bukan hanya soal konsumsi, tetapi juga tentang identitas, ekonomi, dan cinta pada budaya sendiri.

Lomba Titi Jagung Antar OPD menyongsong HUT Kabupaten Lembata Ke-26 Tahun. Harianwarga/Istimewa.
Lomba Titi Jagung Antar OPD menyongsong HUT Kabupaten Lembata Ke-26 Tahun. Harianwarga/Istimewa.

LEMBATA — Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Otonomi Kabupaten Lembata, digelar Lomba Titi Jagung, sebuah ajang yang bukan sekadar perlombaan kuliner, tetapi juga perayaan atas kearifan lokal, ketahanan pangan, dan peran perempuan dalam menjaga warisan budaya Lamaholot, Sabtu (11/10/2025).

Bagi masyarakat Lamaholot, jagung pulut bukan sekadar bahan pangan, melainkan simbol ketahanan dan kebersamaan yang diwariskan turun-temurun. Proses pengolahannya menjadi jagung titi mencerminkan nilai-nilai kerja keras, kesabaran, dan gotong royong yang menjadi jantung kehidupan masyarakat.

Perempuan Lamaholot memainkan peran utama dalam proses ini. Dengan keterampilan dan ketekunan, mereka meniti butiran jagung yang baru disangrai di atas batu besar (wato inan) menggunakan batu kecil (wato anaken), hingga menjadi lembaran tipis dan renyah.

BACA JUGA: Bupati Lembata: Gebyar Titi Jagung Bukan Sekadar Lomba, Tapi Panggilan Jiwa untuk Membangun Daerah

Di sela pekerjaan, canda, tawa, dan kisah-kisah kehidupan terdengar, menggambarkan kehangatan dan kebersamaan yang melekat dalam tradisi.

“Jagung titi bukan hanya makanan, tetapi juga simbol ekonomi dan sosial. Dari jagung pulut lokal, masyarakat desa bisa meningkatkan pendapatan sekaligus menjaga budaya,” ujar salah satu peserta lomba yang juga aktivis perempuan.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Ketua Koordinator PEKKA untuk wilayah Flores Timur, Lembata dan Alor dan jajaran OPD yang mendukung pelestarian pangan lokal.

Dalam kesempatan itu, salah satu juri yang juga ketua koordinator PEKKA menyampaikan rasa bangga bisa ikut serta dalam kegiatan di tanah kelahirannya.

BACA JUGA: Peduli Ekonomi Rakyat, Ketua PKN Lembata Desak Pemda Sediakan Lapak Jagung Titi yang Layak

“Kami di PEKA punya motto ‘tanam apa yang kamu makan, makan apa yang kamu tanam’. Hari ini kami melihat kolaborasi luar biasa antara masyarakat dan pemerintah. Ini bukti bahwa kemandirian pangan bisa dimulai dari rumah sendiri,” ujarnya.

Ia juga mengapresiasi keterlibatan para ASN yang turun langsung ke lapangan dan berinteraksi dengan perempuan-perempuan tangguh yang sehari-hari mencari nafkah di pasar.

“ASN harus belajar menghargai jerih payah para perempuan kepala keluarga. Jangan hanya pandai menawar, tapi juga pandai menghargai kerja keras mereka,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Ia menyampaikan terima kasih kepada Dinas Ketahanan Pangan, Ibu Ketua TP-PKK Kabupaten Lembata, Ny. Ursula Tuaq, serta semua pihak yang telah mendukung kegiatan tersebut.

BACA JUGA: Diduga Jhon Kwartayasa dkk Serobot Lahan Milik Warga Miskin di Kota Lewoleba, Kuasa Insidentil Ajukan Somasi

Ibu Ursula menyampaikan bahwa ke depan, PKK bersama pemerintah daerah akan berkolaborasi dalam membangun sekolah rakyat dan program pemberdayaan perempuan dari hulu ke hilir, untuk memperkuat pendidikan dan ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal.

Lomba titi jagung ini menjadi bukti nyata bahwa pangan lokal bukan hanya soal konsumsi, tetapi juga tentang identitas, ekonomi, dan cinta pada budaya sendiri.***

Sumber: (Prokompimkablembata)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *