LEMBATA – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai NasDem Kabupaten Lembata menggelar Workshop Perempuan bertajuk “Beauty and Shining, Perempuan dan Politik” di Aula Kuma Resort, Desa Waijarang, Kecamatan Nubatukan, Sabtu (27/9/2025).
Workshop ini bertujuan memberikan pendidikan politik bagi kader dan simpatisan perempuan, sekaligus membekali mereka dengan perspektif berkeadilan gender.
Kegiatan tersebut dihadiri langsung, Wakil Bupati H. Muhamad Nasir Laode, Anggota DPRD Provinsi NTT Alexander Take Ofong bersama jajarannya, Ketua DPD Partai NasDem Lembata, , serta anggota DPRD Kabupaten Lembata Haji Bareng, Jhon Batafor, dan Stef Tapobali. Acara dipandu oleh kader potensial NasDem yang juga dikenal sebagai pemandu humoris, Blasius Ama Keron.
Menurut panitia, sekitar 100 perempuan dari 9 kecamatan di Kabupaten Lembata hadir mengikuti diskusi kelompok yang dibagi ke dalam sembilan kelompok. Mereka menggali pandangan, pengalaman, serta harapan perempuan terhadap masa depan daerah.
Beberapa poin penting hasil diskusi kelompok antara lain:
Kelompok 1 (Any Wahon): Menyoroti peran sentral perempuan dalam keluarga dan pentingnya daya juang agar keluarga tetap terjaga.
Kelompok 2 (Dina Kritina Luji): Mendesak pemerintah memperhatikan kondisi ekonomi, pasar umum, kenaikan harga sembako, serta fenomena pergaulan bebas akibat teknologi digital.
Kelompok 3 (Pétén Kamé / Elisabeth Lebu Kleden): Mendorong pendidikan tinggi bagi perempuan, pendirian BLK khusus perempuan, koperasi perempuan, serta keberanian perempuan menjadi pemimpin.
Kelompok 4 (Wilfrida): Menyoroti kekerasan dalam rumah tangga, diskriminasi usia dan penampilan, serta budaya patriarki yang masih kuat.
Kelompok 5 (Ririn Abdul Gani): Menekankan hambatan restu suami, tekanan sosial, serta keterbatasan ekonomi dan pendidikan yang membuat perempuan enggan terjun ke politik.
Kelompok 6 (Veronika Were): Menyoroti fenomena kumpul kebo, kekerasan berbasis gender, dan perlunya pola asuh orang tua yang lebih bersahabat.
Kelompok 7: Membayangkan Lembata dengan fasilitas pendidikan merata di setiap desa, keterlibatan perempuan dalam pembangunan, serta lapangan kerja yang lebih luas.
Kelompok 8 (Rahmawati/DPC Omesuri): Menegaskan hambatan budaya patriarki, beban ganda perempuan, serta stereotip yang membuat perempuan dipandang lemah.
Hasil diskusi menegaskan bahwa perempuan Lembata masih menghadapi berbagai tantangan di bidang ekonomi, pendidikan, politik, hingga kekerasan berbasis gender. Namun, mereka sepakat bahwa perempuan memiliki potensi besar untuk bangkit, memimpin, dan berperan dalam pengambilan kebijakan.
Ketua Dewan Pertimbangan DPD Partai NasDem Lembata yang juga Wakil Bupati Lembata Muhamad Nasir dalam sambutannya membuka kegiatan pendidikan politik mengatakan, sebuah perubahan itu akan terjawab ketika ada keterlibatan perempuan untuk memvalidasi politik bersama.
“Keindahan Tuhan itu terpatri pada perempuan. Hari ini telah terjawab mewujudkan masyarakat Lembata yang maju dari sisi ekonomi sosial dan politik. Dan jawaban politik itu mengarah pada pembangunan politik yang inklusif,” kata Wabup Muhammad Nasir Laode.
Menurutnya, Partai NasDem adalah rumah besar restorasi yang memiliki pilar kekuatan yang maha dahsyat yakni kaum perempuan. Dan kaum perempuan kekuatan yang luar biasa dari sisi jumlah di seluruh Indonesia.
“Mari kita manfaatkan momen pendidikan politik perempuan ini secara maksimal. Sebab keterlibatan perempuan dalam politik juga adalah jawaban dari keadilan sosial sesuai amanat konstitusi kita”, ungkapnya.
Ia mengajak para kader perempuan NasDem untuk berpartisipasi di ruang-ruang politik.“ Dan politik itu siapa mendapat apa kapan bagaimana. Dan semua itu tidak terlepas dari kerangka acuan kerja 5 W + 1 H. Dan semua bertanya siapa kita bagaimana kita dan kapan kita harus berbuat”, tandasnya.
Oleh karena itu peran perempuan dalam politik penting. Karena perempuan itu lebih peduli baik terkait keputusan-keputusan sosial. Dan ruang itu secara kodrati lebih didominasi oleh perempuan.
“Sebab perempuan bukan hanya pilar kecantikan. Kita akan menjadi indah dan cantik apalagi kita terlibat dalam mengambil keputusan-keputusan politik yang bermanfaat bagi masyarakat, oritasnya kaum perempuan”, tutup Wabup Lembata.
Alexander Take Ofong: Perempuan Harus Diberi Ruang untuk Bicara:
Politisi senior asal Pantai Selatan, Alexander Take Ofong, menegaskan pentingnya memberi ruang bagi perempuan untuk bersuara dan terlibat aktif dalam pembangunan bangsa.
“Yang mengantarkan kita ke sini adalah supaya kita punya SDM yang diberdayakan. Kita punya manajemen yang saat ini memang sangat diperlukan. Sebenarnya, kita punya pengetahuan, kita punya pengalaman, tetapi sering kali tidak ada ruang untuk berbicara. Kalau perempuan diberi ruang, semua hal yang selama ini terpendam akan keluar. Karena selama ini ruang itu tidak ada. Begitu kesempatan diberikan, apa yang ada di dalam hati dan pikiran kita semua akan mengalir keluar.”
Menurutnya, ruang yang telah terbuka harus dimanfaatkan perempuan untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan.
“Perempuan harus memiliki hubungan erat dengan badan kesehatan, karena masih banyak hal yang perlu diselesaikan. Selain pendidikan—kurikulum, guru, dan akses belajar—kesehatan juga menjadi hal yang sangat penting. Kita masih menghadapi banyak kasus penyakit. Karena itu, kita harus memanfaatkan fasilitas kesehatan secara maksimal untuk menyelesaikan persoalan ini.”
Lebih jauh, Ofong menekankan bahwa keterlibatan perempuan dalam politik bukan hanya soal kekuasaan, melainkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
“Politik bukan hanya soal mencari kekuasaan atau akuntabilitas. Lebih dari itu, politik adalah kesadaran akan kewajiban dan hak istimewa kita sebagai warga negara. Kita tidak boleh hanya menjadi penonton. Kita harus melek politik, walaupun mungkin ada yang merasa asing atau belum terbiasa.”
Dari kesadaran itu, lahirlah tanggung jawab bersama untuk ikut memperbaiki kehidupan bangsa. Baginya, inspirasi terbesar yang harus dibawa pulang adalah semangat Restorasi Indonesia.
Restorasi itu, jelasnya, mengandung empat kata kunci penting:
Pertama:Memperbaiki – berani memperbaiki yang rusak: sistem, budaya, bahkan politik.
Kedua: Mengembalikan – segala sesuatu yang melenceng perlu dikembalikan ke jalurnya.
Ketiga:Memulihkan – keadaan yang kabur, lemah, atau hilang harus dipulihkan kembali.
Keempat: Memberi cahaya – menghadirkan terang di tengah kegelapan, menguatkan, dan menggerakkan.“Prinsipnya jelas: perempuan harus duduk dalam posisi kuasa, agar dapat ikut memperbaiki, mengembalikan, memulihkan, dan memberi cahaya bagi kehidupan bersama.”
Sementara itu, Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Lembata, nyonya alm. Eliaser Yance Sunur, Yuni Damayanti mengaungkan: Perempuan Tidak hanya Cantik dari Luar Tapi dari Dalam.
“Ada di antara kita ada yang bekerja sebagai asisten Rumah tangga (ART) ada yang bertani, ada yang mengelola kios, ya kan? Sekarang saya mau tanya dulu.Yang usianya 20–30 tahun, coba angkat tangan dulu! 20–30 tahun! untuk DPW ini sudah terbentuk, dengan ketua Kakak Christine dan bendahara DPW. Untuk kabupaten lain, saya belum mendapat informasi lengkap. Kakak Alex, Garnita sudah terbentuk di tingkat DPD—baik kabupaten maupun kota—di beberapa wilayah NTT. Tapi khusus untuk Lembata, saya tidak bisa bergerak atau berjalan sendiri tanpa dukungan kakak-kakak semua.
Sepakat kalau kita bentuk Garnita di sini? Setuju? Mau tidak. setuju? tanya Yuni Damayanti kepada anggota dan simpatisan perempuan NasDem yang hadir. Kalau ada yang masih bingung, pasti bertanya: Garnita itu apa sih? Ngapain? itu pertanyaan wajar.
“Selama ini laki-laki lebih banyak mendominasi di bidang politik, ekonomi, budaya, dan sosial. Tetapi, seperti yang tadi disampaikan Pak Farah dan Ibu Dr. Kanin—dan terima kasih juga kepada Ibu Dr. Atasipu—kita belajar bahwa perempuan juga punya ruang besar untuk mengambil peran.
Salah satu keadilan yang harus kita perjuangkan adalah memberi kesempatan setara bagi perempuan untuk aktif, baik dalam kegiatan sosial maupun kewirausahaan.
Dari sini, kakak-kakak semua bisa mulai merawat dan mengeksplorasi bakat terpendam yang selama ini dimiliki. Melalui wadah ini juga, kita bisa membentuk kelompok, lalu menghimpun teman-teman kita di desa agar mau bergabung bersama di Garnita.
Dengan begitu, Garnita bukan hanya sekadar nama, tetapi benar-benar menjadi ruang bagi perempuan untuk bertumbuh, berkarya, dan berdaya.”
“Jangan sampai kita hanya sibuk dengan gosip-gosip di sebelah kiri mata, ya. Semoga tidak.
Ada tiga kekuatan yang harus kita miliki sebagai perempuan. Dan yang terakhir, tentu saja adalah spiritual—kedekatan kita dengan Sang Pencipta. Itu yang harus diutamakan agar semuanya terkendali, dan setiap langkah kita mendapat penyertaan.
Seperti yang tadi dijelaskan Kakak Alex Ofong tentang beauty dan shining: kecantikan bukan hanya dari luar, tetapi juga dari dalam. Inner beauty itulah yang akan memancarkan cahaya sejati kita. kalau soal penampilan luar, ya wajar saja—ada yang pakai pensil alis, ada yang bentuk alis lebih kotak. Itu sah-sah saja. Tetapi yang lebih penting, bagaimana kita merawat kecantikan dari dalam diri.
Karena itu, kami akan terus turun ke setiap BPG, ke setiap kegiatan kecantikan, agar kakak-kakak di JPNT maupun di desa juga bisa ikut serta. Supaya kita semua kuat, tidak gagal.
Sepakat? Karena selama ini terlalu banyak kegagalan. Mari sekarang kita bangkit bersama.”
“Saya ingin tekankan, kita harus paham tentang politik. Saya tidak mau maju sendiri, tidak ingin senang sendiri. Semua ini kita jalani bersama-sama.
Kepada Kakak Patrice, Kakak Anne, para senior saya di BPD, dan semua kakak-kakak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu—tidak mengurangi rasa hormat dan sayang saya kepada kalian semua.
Mohon maaf bila dalam pelaksanaan kegiatan ini masih banyak kekurangan, baik dari tempat, makanan, maupun hal lainnya. Kami mohon dengan kerendahan hati, dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Semoga kita dapat bertemu lagi di kesempatan yang lebih indah, di hari yang lebih baik, dan dengan peserta yang lebih banyak. Tadi Kakak Alex bilang tentang seribu perempuan. Itu membuat saya termotivasi. Seribu perempuan? Bisa atau tidak? Bisa! Harus bisa!Demikian dari saya. Mohon maaf atas segala kekurangan. Sekarang, mari kita nikmati hidangan yang sudah disiapkan.***
Respon (1)