BeritaDaerahEkonomiNasionalPariwisataPolitikSeni Budaya

Hadir di Desa Atakore, Wabup Nasir Laode: Warisan Budaya Sebagai Misi Pembangunan Daerah

234
×

Hadir di Desa Atakore, Wabup Nasir Laode: Warisan Budaya Sebagai Misi Pembangunan Daerah

Sebarkan artikel ini

Pada kesempatan itu, para pengunjung dan wisatawan juga berkesempatan mengunjungi rumah adat di Desa Adat Atakore sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Festival Lamaholot 2025

LEMBATA – Wakil Bupati Lembata, Muhammad Nasir Laode, S.Sos., mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama merekatkan budaya dalam konteks Lamaholot, membangun kultur yang kuat demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 dan kemajuan Kabupaten Lembata.

Hal tersebut disampaikan Wabup Nasir pada hari kedua pelaksanaan Festival Lamaholot 2025 yang berlangsung di Desa Atakore, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT, Rabu (08/10/2025).

Dalam kesempatan itu, para pengunjung dan wisatawan juga diajak mengunjungi rumah adat di Desa Adat Atakore sebagai bagian dari rangkaian kegiatan festival.

Dalam sambutannya, Wabub Nasir menegaskan bahwa; sejarah dan budaya harus dipandang sebagai tatanan yang diwariskan kepada generasi mendatang. Karena itu, budaya tidak hanya menjadi identitas, tetapi juga misi penting dalam pembangunan daerah.

BACA JUGA: Bupati Lembata Pimpin Rapat Optimalisasi PAD Dan Pemutakhiran Data Masyarakat

Menurut Wabup Nasir Laode, budaya harus ditindaklanjuti dalam program pembangunan daerah dan dilestarikan sebagai potensi pariwisata unggulan. Meskipun Lembata menghadapi berbagai tantangan, termasuk bencana alam, namun semangat untuk menjaga warisan sejarah dan budaya tidak boleh pudar, ujarnya.

“Nama Lamaholot berasal dari kata Lama (kampung) dan Holot (bersambungan), yang bermakna meskipun terdapat perbedaan kultur dan tradisi, tujuan bersama kita adalah membangun peradaban dan kampung,” jelas Nasir.

Ia menilai bahwa persatuan di bawah payung budaya merupakan kunci untuk membangun harkat dan martabat masyarakat Lembata. Pentas seni dan budaya seperti Tari Dua Bolo dan Polewalang menjadi wujud kebersamaan tersebut.

Budaya dalam Misi Pembangunan Daerah!

Wabup Nasir menekankan pentingnya integrasi budaya dalam enam misi pembangunan daerah, khususnya misi kelima yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan dan ketahanan sosial-budaya.

BACA JUGA: Karisma Event Nusantara Kembali Hadir di Lembata: Festival Lamaholot 2025 Jadi Momentum Kebangkitan Budaya dan Ekonomi Lokal

“Dunia modern memandang Indonesia dari sisi budayanya, bukan hanya keindahan alam. Karena itu, promosi budaya harus menjadi prioritas agar kita mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional,” kata Nasir.

Lebih Jauh Nasir mengambarkan, perlu adanya Revitalisasi dan Promosi Budaya untuk Pariwisata.

Nasir juga menyebutkan bahwa budaya merupakan milik bersama dan agen perubahan.

Ia mendorong adanya upaya serius untuk merevitalisasi tarian, nyanyian, serta bentuk ekspresi budaya lainnya agar dapat dipromosikan sebagai daya tarik wisata mancanegara.

Menurutnya, Festival Lamaholot menjadi ajang evaluasi berkelanjutan untuk memperkenalkan Kabupaten Lembata sebagai destinasi wisata budaya. Meskipun dengan keterbatasan anggaran, kolaborasi semua pihak dinilai sangat penting.

BACA JUGA: Bupati Tuaq: Fokus Pembangunan pada Sektor Pertanian, Peternakan, dan Perikanan

“Mari kita satukan langkah untuk merekatkan budaya dalam konteks Lamaholot, membangun kultur yang kuat demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 dan kemajuan Kabupaten Lembata,” ucap Nasir saat menutup sambutan dengan semangat.

Festival Lamaholot tahun ini merupakan bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN) 2025, yang menjadi momentum kebangkitan budaya dan ekonomi lokal di Kabupaten Lembata. Kegiatan di hari kedua tersebut turut dihadiri oleh Asisten Deputi Pengembangan Amenitas dan Aksesibilitas Pariwisata Wilayah II/Plt. Direktur Utama (BPOLBF) Dwi Marhen Yono, Pater Patris Saga dari Jerman, para wisatawan mancanegara, Asisten II Setda Lembata, pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh adat, serta masyarakat Desa Atakore yang turut memeriahkan jalannya festival.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *