BeritaBisnisDaerahEkonomiNasionalPariwisataPendidikanPolitik

Buka Festival Lamaholot, Dwi Marhen Yono: Jangan Bikin Festival “Jeruk Makan Jeruk”

205
×

Buka Festival Lamaholot, Dwi Marhen Yono: Jangan Bikin Festival “Jeruk Makan Jeruk”

Sebarkan artikel ini

Salah satu fungsi dari event Festival seperti ini adalah untuk menggerakkan perekonomian masyarakat. Kalau dulu, orang hanya makan dan minum di rumah masing-masing, maka sekarang — melalui festival ini — semua bisa menikmati bersama. “Inilah makna dari sebuah event yang menyatukan seluruh masyarakat“ saya sempat berbincang dengan Bupati Lembata: Jangan membuat festival yang tujuannya “jeruk makan jeruk,” tapi buatlah festival yang saling menguatkan dan menumbuhkan, ujar Dwi Marhen Yono pejabat eselon II di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Saat ini, ia menjabat sebagai Asisten Deputi Pengembangan Amenitas dan Aksesibilitas Pariwisata Wilayah II.

LEMBATA – Festival Lamaholot yang digelar Pemerintah Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur kembali menggaungkan semangat persaudaraan tiga wilayah Lamaholot: Lembata, Flores Timur, dan Alor. Namun, pelaksanaan tahun ini menuai beragam tanggapan dari masyarakat. Kegiatan yang digelar di pantai Wulon Luo Exx Lokasi Hari Nusantara 2016 ini, dimulai tepat pada Pukul 17:00 WITA Dengan aksi paduan suara SMP S. Pius X

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Festival Lamaholot 2025 dinilai berlangsung dengan suasana yang lebih sederhana. Sebagian pengunjung menilai festival kali ini terasa “biasa saja” dan tidak seantusias edisi-edisi sebelumnya. Belum diketahui secara pasti apakah hal ini disebabkan oleh minimnya anggaran daerah atau turunnya partisipasi publik.

Berdasarkan pantauan lapangan, acara lebih banyak dihadiri oleh kalangan ASN lingkup Pemerintah Kabupaten Lembata. Sementara itu, jumlah wisatawan dan masyarakat umum yang hadir terpantau menurun.

Dari hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Harianwarga dkk terhadap pengunjung, sejumlah warga menyebut Festival Lamaholot tahun ini sebagai yang “terburuk di masa kepemimpinan Bupati P. Kanisius Tuaq”, karena tidak mampu menarik perhatian wisatawan seperti sebelumnya.

 

Dalam pembukaan acara, turut hadir: As Sekretaris Daerah Bidang Ekonomi dan Pemberdayaan Ekonomi Kabupaten Flores Timur, Bupati Alor yang diwakili oleh nyonya Wakil Bupati Kabupaten Alor,serta unsur Forkopimda Pembkab Lembata

Hadir pula Plt. Direktur Utama BPOLBF Dwi Marhen Yono yang mewakili Menteri Pariwisata, tokoh masyarakat, kepala OPD lingkup Pemkab Lembata, para Camat serta seluruh jajaran ASN PPPK lingkup Pemkab Lembata, para kepala desa, tokoh agama, serta siswa-siswi SD, SMP, dan SMA se-Kabupaten Lembata.

Dwi Marhen Yono,  pejabat eselon II di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Saat ini, ia menjabat sebagai Asisten Deputi Pengembangan Amenitas dan Aksesibilitas Pariwisata Wilayah II Pada acara Festival Budaya Lamaholot 07 Oktober 2025 di Kabupaten Lembata.

Dalam sambutannya ia, menjelaskan tentang Pariwisata Indonesia dan bagaimana Pariwisata Lokal bisa berperan dalam pembangunan pariwisata. Pada kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan salam hormat dan salam hangat dari Ibu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,, kepada seluruh masyarakat Lembata, Flores Timur dan Alor.

Beliau menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya kegiatan ini sebagai wujud nyata pelestarian budaya, semangat persaudaraan, dan kolaborasi antarwilayah Lamaholot dan sekitarnya.

Semoga melalui kegiatan Festival Lamaholot dan Pawai Budaya ini, kita semakin mempererat persaudaraan, memperkuat identitas budaya, serta mendorong kemajuan ekonomi kreatif masyarakat di wilayah kepulauan kita tercinta.

Salam sejahtera untuk kita semua. Selamat malam! Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Shalom, Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan, dan Salam Bahagia!

Kalau saya bilang Salam Bahagia, saya ingin kita semua menjawab dengan penuh semangat: Bahagia!

(Sambil mengajak hadirin bertepuk tangan bersama menciptakan suasana gembira) Tepuk tangan yang meriah untuk Kabupaten Lembata yang luar biasa! himbaunya dalam penuh semangat!

Bapak Bupati dan Wakil Bupati, para pejabat Forkopimda, tokoh adat, tokoh masyarakat, insan pariwisata, pelaku ekonomi kreatif, dan seluruh hadirin yang saya Hormati.                                baru-baru ini kami menerima data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang cukup menggembirakan.

Tahun 2024, Indonesia mencatat lebih dari 14 juta kedatangan wisatawan mancanegara.

Pergerakan ini menggerakkan sekitar 1 miliar perjalanan wisatawan nusantara di seluruh penjuru Indonesia. Dari kedatangan 14 juta wisatawan asing itu, negara memperoleh devisa sekitar Rp300 triliun — menjadi salah satu penopang utama pemulihan ekonomi nasional di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, ujar Dwi.

Lebih jauh ia kan perjalanan pariwisata Indonesia, dari 1 miliar perjalanan wisatawan dalam negeri, setiap perjalanan rata-rata menghasilkan pengeluaran sekitar Rp2 juta,

yang berarti perputaran ekonomi di sektor pariwisata nasional mencapai sekitar Rp2.000 triliun.

Pertanyaannya, Bapak Bupati dan seluruh masyarakat yang saya cintai,

berapa besar dari perputaran uang itu yang bisa kita tarik masuk ke Lembata?

Berapa banyak yang bisa kita bawa ke tanah Lamaholot — ke Bandar, ke Ile Ape, ke seluruh pelosok Lembata?

Kita tahu, di Bali saat ini ada lebih dari 5 juta wisatawan setiap tahun,

dan di Labuan Bajo, lebih dari setengah juta wisatawan datang setiap tahun.

Tugas kita ke depan adalah bagaimana menarik sebagian dari arus besar wisatawan itu untuk datang ke Lembata-datang menikmati pesona budaya Lamaholot, alamnya yang indah, dan keramahan masyarakatnya.

Bapak Bupati dan Wakil Bupati, serta seluruh hadirin yang saya hormati, jangan sampai kita hanya menjadi penonton di rumah sendiri. Mari kita menjadi pemain utama di panggung pariwisata Indonesia!

Silakan, Bapak Bupati dan seluruh masyarakat Lembata, bersama-sama menarik wisatawan untuk datang ke lintasan budaya Lamaholot — yang penuh makna dan keunikan.

Berdasarkan data BPS, dari Januari hingga Agustus 2025, Indonesia telah menerima 10,4 juta wisatawan mancanegara.

Angka ini meningkat 10,49 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dengan tren positif ini, kami memproyeksikan hingga akhir tahun 2025, akan ada sekitar 16 juta wisatawan asing yang datang ke Indonesia.

Rata-rata pengeluaran setiap wisatawan berkisar antara Rp13 juta hingga Rp15 juta, sehingga potensi perputaran ekonomi yang beredar di masyarakat mencapai lebih dari Rp350 triliun.

Dan yang menarik, Bapak-Ibu sekalian, hasil survei internasional terbaru terhadap wisatawan dari hampir 100 negara menunjukkan sesuatu yang membanggakan: Alasan utama mereka datang ke Indonesia bukan lagi hanya karena pantainya yang indah atau alamnya yang megah —tetapi karena budayanya. Karena culture-nya. Karena seni dan jati diri bangsa kita.

Karena itu, sangat tepat jika Festival Budaya Lamaholot tahun ini masuk dalam jajaran Kharisma Event Nusantara (KEN) —sebuah event besar berkelas nasional.

yang menjadi Alasan dicari wisatawan untuk datang adalah karena culture — karena seni dan budaya Indonesia.

Makanya, saya ingin menyampaikan bahwa sangat tepat —menjadikan Festival Budaya Lamaholot – Masjid efent ini sebagai bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN),sebuah event besar berkelas nasional yang menjadi kebanggaan daerah dan bangsa.

Inilah momentum kita untuk menjadikan Lembata sebagai pusat budaya, kuliner halal, dan kreativitas di Nusa Tenggara Timur.

Karena, sebagaimana hasil survei wisatawan mancanegara, alasan utama orang datang ke Indonesia sekarang adalah seni dan budaya.

Jadi, mari kita kemas dan sajikan seni budaya Lamaholot dengan cara yang atraktif, modern, dan berkesan- sehingga orang datang, belajar, dan tinggal lebih lama di sini.

Lihat saja Bali, setiap sore ada pertunjukan tari kecak,dan satu sisi pertunjukan itu bisa menghasilkan lebih dari Rp500 juta per hari.

Nah, itu yang saya maksud: bagaimana kita bisa menciptakan nilai ekonomi dari budaya lokal, tanpa kehilangan jati diri kita sebagai orang Lamaholot. Karena itu, sinergi dan kolaborasi menjadi kunci penting di tengah semangat Merdeka Berkreasi, Merdeka Berbudaya yang terus kita dorong. Saya katakan kepada Bupati kalau kita hanya punya ide tanpa diwujudkan dalam aksi nyata, maka itu belum disebut inovasi, baru sebatas kreatif. Kita harus naik satu tingkat di atasnya —tidak hanya kreatif, tapi juga produktif, kolaboratif, dan berdampak nyata bagi masyarakat, tendas Dwi

Lanjut pria paruh baya keturunan Jawa ini menekankan kepada Bupati Lembata dan Wakil Bupati bahwa, alasan orang datang ke Indonesia setelah seni dan budaya adalah kuliner.

Dunia mengenal Indonesia bukan hanya karena keindahan alamnya,tetapi juga karena cerita-cerita yang sederhana namun menggugah seperti ketika Presiden Obama pernah bercerita tentang bakso, sate, dan nasi goreng dari masa kecilnya di Indonesia.

Cerita itu menyebar ke seluruh dunia!dan sejak itu banyak wisatawan yang ingin datang hanya untuk mencicipi kuliner khas Nusantara.

Jadi, tolong, Bapak Bupati, mulai dikembangkan kuliner khas daerah kita —dari olahan laut, pangan lokal, hingga makanan tradisional Lamaholot. Kita punya cita rasa yang luar biasa, tinggal dikemas dan dipromosikan dengan baik.Yang ketiga, alasan orang datang dan berbisnis di Indonesia adalah karena event.

Misalnya, Marc Márquez datang karena ada MotoGP Mandalika.

Presiden pun datang ke Labuan Bajo karena ada KTT ASEAN.

Dan hari ini, saya datang ke Lembata karena ada Kharisma Event Nusantara — Festival Lamaholot.

Maka, saya ingin berpesan: Bapak Bupati dan seluruh masyarakat, teruslah menciptakan event-event menarik.

Setiap minggu, usahakan ada kegiatan budaya, musik, atau kuliner yang bisa menarik minimal 100 orang pengunjung.

Dengan cara itu, 100 kamar hotel di Lembata akan selalu terisi, warung makan hidup, dan ekonomi bergerak.

 

Bapak Bupati sudah tahu prinsipnya:

kalau ikan sepat, ikan gabus, dan ikan lele —semakin cepat, semakin bagus, jangan bertele-lele.

Jadi, mari kita bergerak bersama.

Karena semakin cepat kita bertindak, semakin cepat pula masyarakat merasakan manfaat ekonomi dari budaya dan pariwisata.

Terima kasih, dan salam hormat untuk Bapak Bupati serta seluruh masyarakat Lembata, ucap Dwi mengakhiri Pidatonya yang sangat inspiratif dan penuh antusias.

 

Sementara itu, Korni Sih — seniman yang dengan gaya khasnya menyebut diri sebagai seniman sinting — turut hadir dan membuka stan yang memamerkan hasil karya seninya.

Karya-karya yang dipajang terbuat dari bahan bekas limbah meubel yang ia daur ulang menjadi benda-benda bernilai estetika, dihiasi dengan kata-kata dan lukisan penuh makna.

Dalam pandangannya, Festival Lamaholot merupakan ajang penting untuk mempererat hubungan dan menyatukan tali persaudaraan Tite Kaka no Arik (saudara tua dan adik).

Sebagai seorang seniman asal Kecamatan Atadei, ia berharap festival ini dapat menjadi ruang yang memberi manfaat ekonomi bagi para pelaku seni dan UMKM lokal.

“Saya berharap banyak pengunjung yang datang dan membeli hasil karya maupun jajanan dari para seniman, termasuk saya sendiri,” ujarnya dengan senyum khasnya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *