BeritaDaerahEkonomiNasionalSeni Budaya

Bupati Lembata: Gebyar Titi Jagung Bukan Sekadar Lomba, Tapi Panggilan Jiwa untuk Membangun Daerah

161
×

Bupati Lembata: Gebyar Titi Jagung Bukan Sekadar Lomba, Tapi Panggilan Jiwa untuk Membangun Daerah

Sebarkan artikel ini

“Kami ingin membangkitkan semangat Lamaholot Bisa! di kalangan ASN," Bupati Lembata, Petrus Kanisius Tuaq. "Titi jagung bukan sekadar lomba, tapi panggilan jiwa untuk bekerja keras, berinovasi, dan mencintai Lembata“  

LEMBATA – Gemuruh semangat dan tawa menggema di Lembata! Pemerintah Kabupaten Lembata sukses menyelenggarakan lomba titi jagung antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang memukau dalam rangka meriah rayakan HUT ke-26 Otonomi Daerah Kabupaten Lembata, di halaman depan kantor Bupati, Sabtu (11/10/2025).

“Kehadiran Bupati Lembata, P. Kanisius Tuaq, Sekda Paskalis Ola Tapo Bali, Plt. Asisten III Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Donatus Boli dan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Lembata, Ursula S. Bayo, menunjukkan komitmen dan dukungan kuat pemerintah terhadap kegiatan ini”.

Tapi tunggu dulu, ini bukan sekadar adu cepat memipi jagung! Ada pesan mendalam yang ingin disampaikan dibalik perlombaan ini. Semangat gotong royong dan cinta budaya adalah kunci membangun Lembata yang lebih baik, yang ingin diambil dari sekedar kemeriahan perlombaan.

BACA JUGA: Peduli Ekonomi Rakyat, Ketua PKN Lembata Desak Pemda Sediakan Lapak Jagung Titi yang Layak

Sebanyak 29 OPD dan 3 kecamatan unjuk kebolehan, dengan tim dari Sekretariat Daerah Kabupaten Lembata keluar sebagai kampiun. Dinas P2PAD dan Dinas Kesehatan menyusul di posisi kedua dan ketiga, namun sorak sorai kemenangan bukan satu-satunya tujuan.

Di balik keseruan lomba, tersembunyi filosofi titi jagung yang kaya makna bagi masyarakat Lamaholot. Tradisi ini adalah simbol merajut kebersamaan. Tumbuh bersama, membangun bersama.

Selain itu, sebagai simbol kekuatan perempuan Lamaholot. Menjadi inspirasi bagi kemandirian dan ketangguhan perempuan dalam menghadapi kerasnya tantangan kehidupan ini.

Tak cukup sampai disitu, ada hal yang sangat mendasar dari kegiatan titi jagung, yakni mengandung identitas budaya Lamaholot yang telah diwariskan sejak dahulu. Titi jagung telah menjadi Jati diri perempuan Lamaholot yang harus terus dilestarikan.

BACA JUGA: Diduga Jhon Kwartayasa dkk Serobot Lahan Milik Warga Miskin di Kota Lewoleba, Kuasa Insidentil Ajukan Somasi

Disamping itu, menjadi bukti otentik kekuatan masyarakat Lembata yang tegar dalam menghadapi krisis ketahanan pangan. Menggali potensi lokal untuk kemandirian pangan daerah. Selain itu, dibalik filosofis titi jagung juga mengandung pesan pengingat kampung halaman. Ini merupakan jembatan tak kasat mata bagi perantau agar tak lupa kembali walaupun sukses di tanah rantau.

“Kami ingin membangkitkan semangat Lamaholot Bisa! di kalangan ASN,” tegas Bupati Lembata, Petrus Kanisius Tuaq.

Lanjutnya lagi, “Titi jagung bukan sekadar lomba, tapi panggilan jiwa untuk bekerja keras, berinovasi, dan mencintai Lembata“.

Lomba ini diharapkan menjadi momentum untuk mencintai produk lokal, sekaligus bangga dengan kekayaan alam Lembata.

BACA JUGA: Pater Vanduz Liliweri Yoseph, SVD Rayakan Misa Syukur Imam Perdana di Lewoleba

Selain itu, sebagai wadah alternatif untuk melestarikan budaya, dan menjaga warisan leluhur tetap lestari dari gempuran zaman. Dan tak kalah penting adalah sebagai motivasi untuk membangun daerah.

“Mari bersatu padu mewujudkan Lembata yang lebih Maju, Lestari dan Berdaya Saing,“ ajak Bupati Lembata optimis.

Jadi, tunggu apa lagi? Mari kita kobarkan semangat titi jagung dalam setiap derap langkah pembangunan Lembata!

Sementara itu Robynson Wilhelmus Wuwur Ketua OMK PSAJW menangapi pernyataan Bupati Lembata, Petrus Kanisius Tuaq, Wuwur Mengatakan bahwa, Gelaran Lomba Titi Jagung antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Lembata dalam rangka HUT Kabupaten ke-26 menuai kritik tajam dari kalangan masyarakat.

BACA JUGA: Bupati Lembata Buka Rakor Penguatan Kelembagaan Bawaslu

Salah satunya datang dari tokoh muda Lembata, Robyn Wuwur, yang menilai kegiatan tersebut justru melecehkan martabat para petani dan pengrajin jagung titi yang selama ini menggantungkan hidupnya dari hasil olahan tradisional khas Lembata itu.

Menurut Robyn, titi jagung bukan sekadar makanan lokal yang bisa dijadikan bahan lomba hiburan, tetapi merupakan identitas ekonomi dan budaya masyarakat pedesaan di Lembata, khususnya para perempuan yang setiap hari meniti jagung untuk dijual demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Lanjut Wuwur “Lomba antar OPD itu tidak sensitif terhadap realitas sosial. Ini bukan sekadar siapa yang bisa titi jagung lebih cepat. Ini pekerjaan yang penuh makna dan nilai perjuangan hidup bagi ibu-ibu di kampung. Ketika birokrat berlomba-lomba meniti jagung di atas panggung, kesannya malah seperti menertawakan jerih payah mereka,” tegas Robyn Wuwur.***

Sumber : Protokol Pemkab Lembata dan Harianwarga.id

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *