Oregon-|Para ilmuwan memperingatkan bahwa sistem kehidupan di Bumi kini berada di bawah tekanan ekstrem akibat krisis iklim yang semakin memburuk. Dalam laporan terbaru yang diterbitkan di jurnal BioScience, Selasa silam (29/10), para peneliti mengungkapkan bahwa 22 dari 34 tanda vital Bumi kini berada dalam kondisi darurat, menunjukkan semakin dekatnya planet kita ke titik-titik kritis yang berpotensi memicu perubahan iklim tak terkendali.
“Laporan ini adalah peringatan sekaligus seruan untuk bertindak,” ujar Prof. William Ripple, ekolog dari Oregon State University dan penulis utama studi tersebut. Menurut Ripple, data terbaru menunjukkan bahwa tahun 2024 merupakan tahun terpanas dalam sejarah modern, bahkan kemungkinan menjadi yang terpanas dalam 125.000 tahun terakhir.
Dalam periode 12 bulan terakhir, suhu permukaan global tercatat melampaui 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, sementara suhu rata-rata jangka panjang kini 1,2 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan periode 1850–1900. Para ilmuwan memperingatkan bahwa tanpa kebijakan iklim baru dan signifikan, suhu global dapat meningkat hingga 3,1 derajat Celsius pada tahun 2100.
Tanda-Tanda Vital Bumi Menunjukkan Tren Mengkhawatirkan
Laporan ini menyoroti berbagai indikator lingkungan yang mencapai rekor tertinggi, antara lain:
Konsentrasi karbon dioksida (CO₂) dan metana (CH₄) di atmosfer.
Peningkatan kandungan panas laut dan kenaikan permukaan laut.
Pencairan lapisan es di kutub serta permafrost di wilayah kutub utara.
Meningkatnya frekuensi hari-hari ekstrem panas di berbagai belahan dunia.
Para peneliti memperingatkan potensi efek domino iklim, di mana satu titik kritis dapat memicu keruntuhan sistem lainnya—seperti mencairnya lapisan es yang mempercepat kenaikan permukaan laut, atau melepaskan gas metana dari permafrost yang memperburuk pemanasan global.
“Begitu satu titik kritis terlampaui, hal itu bisa memicu reaksi berantai yang tidak stabil dan mengubah sistem iklim Bumi secara fundamental,” tambah Ripple. Kondisi ini berpotensi membawa planet kita ke fase yang disebut “Hothouse Earth” — keadaan di mana pemanasan global berlangsung terus-menerus meski emisi gas rumah kaca telah berkurang.
Seruan untuk Bertindak!
Para ilmuwan menegaskan bahwa temuan ini harus menjadi alarm global untuk segera mengambil langkah nyata dalam menekan emisi, melindungi ekosistem alami, dan beralih menuju sistem energi bersih.
“Kita masih memiliki kesempatan untuk memperlambat tren ini, tetapi jendela waktunya semakin sempit,” kata Ripple.
Laporan ini merupakan pembaruan dari inisiatif “World Scientists’ Warning of a Climate Emergency”, yang telah didukung oleh lebih dari 20.000 ilmuwan di seluruh dunia. Pesan utamanya jelas: masa depan planet bergantung pada tindakan kita hari ini. ( Sumber Mongbay Indonesia)**















Respon (1)